Senin, 15 September 2014

WARAK NGENDHOG

WARAK NGENDHOG



Warak ngendok  (bahasa Jawa: warak ngendhog) merupakan mainan yang selalu dikaitkan dengan perayaan Dugderan, suatu festival diSemarang yang diadakan di awal Ramadan untuk memeriahkannya, sekaligus sebagai upaya dakwah.

Filosofi
Kata Warak sendiri berasal dari bahasa arab “Wara’I” yang berarti suci. Dan Ngendog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang menjaga kesucian di Bulan Ramadhan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di Hari lebaran.

Asal Usul
Warak ngendog aslinya memang hanya berupa mainan anak-anak dengan wujud menyerupai hewan. Jika dibandingkan dengan bentuk Warak Ngendog yang ada sekarang ini, Warak Ngendog yang asli terbuat dari gabus tanaman mangrove dan bentuk sudutnya yang lurus.

Budaya
Mainan ini berwujud makhluk rekaan yang merupakan akulturasi/ persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang yaitu etnis Cina, etnis Arab dan etnis Jawa. ialah:

·         Kepalanya menyerupai kepala naga khas kebudayaan dari etnis Cina
·         Tubuhnya berbentuk layaknya buraq khas kebudayaan dari etnis Arab
·         Keempat kakinya menyerupai kaki kambing khas kebudayaan dari etnis Jawa.

Ciri-ciri

Konon ciri khas bentuk yang lurus dari Warak Ngendog ini mengandung arti filosofis mendalam. Dipercayai bentuk lurus itu menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka lurus dan berbicara apa adanya. Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan. Selain itu Warak Ngendog juga mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota Semarang. Warak ngendok berwujud makhluk berkaki empat, menyerupai macan/singa tetapi langsing. Tubuhnya diberi kertas berwarna-warni dan pada kakinya diberi roda supaya dapat ditarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar